1 History of the motive
2 element motif
3 The production process
4 External linksHistory motifHistorical emergence megamendung based on the book and literature necessarily lead to the arrival of the history of China to the Cirebon. This is not surprising because the harbor estuary in Cirebon Teak is a haven of migrants from within and abroad. Clearly recorded in history, that Sunan Gunung Jati who spread Islam in the region Cirebon in the 16th century, married Queen Ong Tien of China. Some of the objects of art brought from China such as ceramics, plates and cloth decorated with cloud shapes.In the schools of Taoism, symbolizing the world of cloud forms above. Clouds form a broad picture of the world, free and meaningful transidental (Godhead). The concept of the cloud are also influential in the artistic world of Islam in the 16th century, which is used for the expression of the Sufis or the nature of the world.Sunan Gunung Jati marriage with Queen Ong Tien became the entry gate of China cultures and traditions of the courts of Cirebon. The batik palace of culture and traditions of China poured into batik motif that they make, but with a distinctive touch Cirebon, so there is a difference between megamendung of China and that of Cirebon. For example, in China megamendung, cloud lines of dots or circles, whereas those of Cirebon, the line tends to cloud oval, pointed and triangular.History of batik in Cirebon also linked to the movement of the congregation who supposedly based in Jakarta, Jakarta. Batik was originally done by members of the congregation who served in the palace as an economic resource for the order's finance group. The adherents of the congregation lived in the village and surrounding Trusmi. The village is located about 4 km from Cirebon toward the west or towards the direction of Bandung. Therefore, until sekarng synonymous with batik batik Cirebon Trusmi.Element motifMegamendung which at first is always berunsurkan red blue interspersed describe masculinity and dynamic atmosphere, because in the process of making the intervention of man. The men who were originally members tarekatlah pioneering tradition of batik. Blue and deep red color also described the psychology of coastal communities that straightforward, open and egalitarian.In addition, the blue color is also referred to a broad color symbolizes the sky, friendly and quiet and symbolizes the bearer of rain to look forward as the bearer of fertility and the giver of life. The blue color is used ranging from light blue to dark blue. Describe the more bright light blue and dark blue depict the life of the dark clouds that contain rain water and give life.During its development, megamendung undergone many developments and modified according to market demand. Megamendung combined with motifs of animals, flowers or other motifs. Indeed the incorporation of this motif as has been done by the traditional batik since the first, but becomes very rapid progress with the intervention of the fashion designer. In addition to motifs, colors megamendung originally blue and red, now evolved into a variety of colors. There megamendung yellow, green, brown and others.The production processThe production process is first done in batik and batik, the economic considerations are produced on a large scale by way of printed (printing) in the factories. Although the patterned fabric megamendung generated by such a process is actually not be called batik.Being megamendungpun motif that were once only known in the form of batik cloth, can now be found in various forms of goods. There is a stained-glass wall hangings, interior products such as carved wood and products of home appliances such as pillowcases, sheets, tablecloths and others.
Motif batik Megamendung merupakan karya seni batik yang identik dan bahkan menjadi ikon batik daerah Cirebon dan daerah Indonesia lainnya. Motif batik ini mempunyai kekhasan yang tidak ditemui di daerah penghasil batik lain. Bahkan karena hanya ada di Cirebon dan merupakan masterpiece, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI akan mendaftarkan motif megamendung ke UNESCO untuk mendapatkan pengakuan sebagai salah satu world heritage.'
Motif megamendung sebagai motif dasar batik sudah dikenal luas sampai ke manca negara. Sebagai bukti ketenarannya, motif megamendung pernah dijadikan cover sebuah buku batik terbitan luar negeri yang berjudul Batik Design, karya seorang berkebangsaan Belanda bernama Pepin van Roojen. Kekhasan motif megamendung tidak saja pada motifnya yang berupa gambar menyerupai awan dengan warna-warna tegas, tetapi juga nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalam motifnya. Hal ini berkaitan erat dengan sejarah lahirnya batik secara keseluruhan di Cirebon. H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds, Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) menyatakan bahwa:
“ Motif megamendung merupakan wujud karya yang sangat luhur dan penuh makna, sehingga penggunaan motif megamendung sebaiknya dijaga dengan baik dan ditempatkan sebagaimana mestinya. Pernyataan ini tidak bermaksud membatasi bagaimana motif megamendung diproduksi, tapi lebih kepada ketidaksetujuan penggunaan motif megamendung untuk barang-barang yang sebenarnya kurang pantas, seperti misalnya pelapis sandal di hotel-hotel. ”
Daftar isi
1 Sejarah motif
2 Unsur motif
3 Proses produksi
4 Pranala luar
Sejarah motif
Sejarah timbulnya motif megamendung berdasarkan buku dan literatur yang ada selalu mengarah pada sejarah kedatangan bangsa China ke wilayah Cirebon. Hal ini tidak mengherankan karena pelabuhan Muara Jati di Cirebon merupakan tempat persinggahan para pendatang dari dalam dan luar negeri. Tercatat jelas dalam sejarah, bahwa Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon pada abad ke-16, menikahi Ratu Ong Tien dari China. Beberapa benda seni yang dibawa dari China seperti keramik, piring dan kain berhiaskan bentuk awan.
Dalam faham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan juga berpengaruh di dunia kesenirupaan Islam pada abad ke-16, yang digunakan kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas.
Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien menjadi pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi China ke keraton Cirebon. Para pembatik keraton menuangkan budaya dan tradisi China ke dalam motif batik yang mereka buat, tetapi dengan sentuhan khas Cirebon, jadi ada perbedaan antara motif megamendung dari China dan yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif megamendung China, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong, lancip dan segitiga.
Sejarah batik di Cirebon juga terkait dengan perkembangan gerakan tarekat yang konon berpusat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Membatik pada awalnya dikerjakan oleh anggota tarekat yang mengabdi di keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tarekat tersebut. Para pengikut tarekat tinggal di desa Trusmi dan sekitarnya. Desa ini terletak kira-kira 4 km dari Cirebon menuju ke arah barat daya atau menuju ke arah Bandung. Oleh karena itu, sampai sekarng batik Cirebon identik dengan batik Trusmi.
Unsur motif
Motif megamendung yang pada awalnya selalu berunsurkan warna biru diselingi warna merah menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, karena dalam proses pembuatannya ada campur tangan laki-laki. Kaum laki-laki anggota tarekatlah yang pada awalnya merintis tradisi batik. Warna biru dan merah tua juga menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter.
Selain itu, warna biru juga disebut-sebut melambangkan warna langit yang luas, bersahabat dan tenang serta melambangkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan pemberi kehidupan. Warna biru yang digunakan mulai dari warna biru muda sampai dengan warna biru tua. Biru muda menggambarkan makin cerahnya kehidupan dan biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan dan memberi kehidupan.
Dalam perkembangannya, motif megamendung mengalami banyak perkembangan dan dimodifikasi sesuai permintaan pasar. Motif megamendung dikombinasi dengan motif hewan, bunga atau motif lain. Sesungguhnya penggabungan motif seperti ini sudah dilakukan oleh para pembatik tradisional sejak dulu, namun perkembangannya menjadi sangat pesat dengan adanya campur tangan dari para perancang busana. Selain motif, warna motif megamendung yang awalnya biru dan merah, sekarang berkembang menjadi berbagai macam warna. Ada motif megamendung yang berwarna kuning, hijau, coklat dan lain-lain.
Proses produksi
Proses produksinya yang dahulu dikerjakan secara batik tulis dan batik cap, dengan pertimbangan ekonomis diproduksi secara besar-besaran dengan cara disablon (printing) di pabrik-pabrik. Walaupun kain bermotif megamendung yang dihasilkan dengan proses seperti ini sebenarnya tidak bisa disebut dengan batik.
Wujud motif megamendungpun yang dulunya hanya dikenal dalam wujud kain batik, sekarang bisa ditemui dalam berbagai macam bentuk barang. Ada yang berupa hiasan dinding lukisan kaca, produk-produk interior seperti ukiran kayu maupun produk-produk peralatan rumah tangga seperti sarung bantal, sprei, taplak meja dan lain-lain.
pin bb :285f5383
081808325115
ifanmarosa@gmail.com
marmaross@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar