Kamis, 12 Juli 2012

History Batik

Batik is one way of making fabric. Besides batik can refer to two things. The first is the technique of coloring cloth using the night to prevent staining part of the fabric. In the international literature, this technique is known as a wax-resist dyeing. The second notion is a fabric or clothing made ​​with these techniques, including the use of certain motifs that its uniqueness. Batik Indonesia, as the overall engineering, technology, and development-related motives and culture, UNESCO has been designated a Cultural Heritage for Humanity Oral and Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) since October 2, 2009
 Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009

 The word "batik" comes from the combination of two Javanese word "amba", meaning "writing" and "point" which means "point"
 Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: "amba", yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik"

  

 The art of dyeing cloth with obstacles staining technique using the night is one of the ancient art form. Discoveries in Egypt showed that this technique has been known since the 4th century BC, with the discovery of a mummy wrapping cloth which is also coated the night to form a pattern. In Asia, batik similar technique is also applied in China during the T'ang Dynasty (618-907) as well as in India and Japan during the Nara Period (645-794). In Africa, such as the batik technique known by the Yoruba tribe in Nigeria, as well as the Soninke and Wolof tribe in Senegal. [2]. In Indonesia, batik is believed to have existed since the Majapahit era, and became very popular late eighteenth century or early nineteenth century. Produced batik batik is all up to the early twentieth century and the new batik known after World War I or sometime in the 1920s.Although the word "batik" comes from the Javanese, the presence of batik in Java itself is not recorded. G.P. Rouffaer argues that the batik technique is likely to be introduced from India or Sri Lanka in the 6th century, or to-7. On the other hand, J.L.A. Brandes (Dutch archaeologist) and F.A. Sutjipto (archaeologist Indonesia) believe that the tradition of batik is a native of the area such as Toraja, Flores, Halmahera and Papua. It should be noted that the region is not an area that is influenced by Hinduism, but known to the ancient tradition of making batik. G.P. Rouffaer gringsing also reported that the pattern has been known since the 12th century in Kediri, East Java. He concluded that this pattern can only be formed by using a canting, so he argues that the canting is found in Java in the period surrounding it. Detailed carvings that resemble the pattern of batik cloth worn by the Prajnaparamita, the Buddhist statues of the goddess of wisdom from the East Java century -13. Detailed dress pattern featuring vines and delicate flowers similar to the traditional Javanese batik patterns that can be found now. This suggests that creating an intricate batik patterns can only be made with a canting has been known in Java since the 13th century or even earlier.Legend in the Malay literature of the 17th century, Sulalatus Salatin told Admiral Hang Nadim ordered by Sultan Mahmud to sail to India to get 140 pieces of cloth with a pattern of 40 litter types of flowers on each page. Being unable to fulfill orders, he made himself the fabrics were. But unfortunately shipwrecked on the way home and only capable of carrying four pieces that make the emperor disappointed. By some commentators, who? litter was interpreted as batik.In European literature, batik technique was first described in the book History of Java (London, 1817) writings of Sir Thomas Stamford Raffles. He had been a British governor of Java during Napoleon occupied the Netherlands. In 1873 a Dutch merchant Van Rijekevorsel give a piece of batik earned during his visit to Indonesia to Ethnic Museum in Rotterdam and at the beginning of the 19th century that began to reach the golden age batik. When exhibited at the Exposition Universelle in Paris in 1900, Indonesian batik amaze the public and artists.Since industrialization and globalization, which introduces automation techniques, batik is a new type emerged, known as batik and printed batik, while that produced by traditional batik techniques using a canting handwriting and night is called batik. Hugh Clifford recording industry in the Week in 1895 to produce batik, rainbow fabric, and fabric telepok.
  Seni pewarnaan kain dengan teknik perintang pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.[2]. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.[3]

Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. [2]Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.

G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal.

Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Hugh Clifford merekam industri di Pekan tahun 1895 bagi menghasilkan batik, kain pelangi, dan kain telepok


 Batik is a craft that has high artistic value and has become part of the culture of Indonesia (particularly Java) since long. Javanese women in the past made their skills in batik for a living, so that in the past, batik work is exclusively women's work to finding "Batik Cap" which allows the entry of men into the field. There are some exceptions to this phenomenon, namely the coastal batik has the masculine lines as can be seen in shades of "Mega Clouds", which in some coastal areas batik work is common for men.

 
(R.A. heroine Kartini and her husband wore batik skirt. Parang batik motif Kartini is a pattern used for the nobility)
Tradition of batik was originally a tradition for generations, so that sometimes a recognizable motif batik originated from a particular family. Some batik motif could indicate a person's status. Even today, some batik motif tadisional only used by the family palace of Yogyakarta and Surakarta.
Batik is the ancestral heritage of Indonesia (Java) which is still there. Batik is also first introduced to the world by President Soeharto, who was then wearing batik at the UN Conference.

 Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.


 Batik was originally made ​​on material with a white cotton cloth called. Today batik is also made on other materials such as silk, polyester, rayon and other synthetic materials. Motif formed by a liquid wax using a tool called a canting for subtle motif, or a brush to a large motif, so that the liquid wax to seep into the fabric fibers. Fabrics that have been painted with wax and then dyed with the desired color, usually starting from the light colors. Immersion and then taken to another motif with color or black older. After some time the coloring process, which has dibatik cloth dipped in chemicals to dissolve the wax.
 Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.

 According to the technique

     Batik is a fabric textures and patterns decorated with batik by hand. Batik this type takes approximately 2-3 months.
     Batik cap is decorated with fabric textures and patterns created with batik stamp (usually made ​​of copper). Batik-making process of this type take approximately 2-3 days.
     Batik is the process of making batik painting by painting directly on the white cloth.

 Menurut teknik

  Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
    Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
    Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih.



marosa
pin bb :285f5383
081808325115
ifanmarosa@gmail.com 
marmaross@gmail.com






Tidak ada komentar:

Posting Komentar