Jumat, 13 Juli 2012

Batik Banten

Batik Batik Banten is derived from Banten Province and RI. Local knowledge is left of the center of the Islamic government of the Sultanate of Banten kingdom, has inherited a variety of ancient objects that have a range of distinctive and unique. Through the legacy of that, people can carve out the works as stock seed in the soil copyright grandchildren Banten.

Various studies the use of decoration have transformed a typical Metro Manila and in the media designed to cotton and silk fabrics are called batik Banten. Batik is rich in philosophical content which means in each motif derived from toponyms. This is the order of an asset that is characteristic of batik Banten. Batik offerings that have entered the international arena, not because of the shape and tatanananya, but also a characteristic that is owned.

Since patented in 2003, Banten batik has undergone a long process until it is recognized around the world. Batik Banten patented after a study in Malaysia and Singapore followed 62 countries worldwide. Batik Banten awarded the best in the entire world. Once there is an appeal on June 5th day world batik, batik Banten be the first to have patent rights in UNESCO. Even now Banten Batik has evolved into various foreign countries.

Batik Banten adalah Batik yang berasal dari Provinsi Banten dan RI. Kearifan lokal yang tersisa dari pusat kerajaan pemerintah Islam Kesultanan Banten, telah mewarisi berbagai benda-benda kuno yang mempunyai ragam khas dan unik. Lewat warisan itu, masyarakat dapat mengukir karya-karya unggulan sebagai bekal cipta anak cucu di tanah Banten.

Berbagai kajian pemanfaatan ragam hias khas Banten telah ditransformasikan dan didesain ke dalam media kain katun dan sutra yang disebut batik Banten. Batik ini kaya akan muatan filosofi yang mengandung arti dalam setiap motif yang diambil dari toponim. Inilah tatanan aset yang menjadi ciri khas batik Banten tersebut. Batik banten itu sudah masuk di kancah internasional, bukan karena bentuk dan tatanananya saja, melainkan juga ciri khas yang dimiliki.

Sejak dipatenkan tahun 2003, batik Banten telah mengalami proses panjang hingga akhirnya diakui di seluruh dunia. Batik Banten dipatenkan setelah ada kajian di Malaysia dan Singapura yang diikuti 62 negara di dunia. Batik Banten mendapatkan predikat terbaik se-dunia. Setelah ada himbauan pada 5 Juni hari batik sedunia, Banten menjadi batik pertama yang punya hak paten di UNESCO. Bahkan kini Batik Banten telah berkembang ke berbagai mancanegara.

Batik Baten memiliki identitas tell story (motifnya bercerita) memilki khas tersendiri ketimbang batik lain. Beberapa motifnya diadopsi dari benda-benda sejarah (artefak). Di setiap motif terdapat warna abu-abu yang konon menjadi cermin Banten. Semua batiknya mengandung muatan filosofi.

Batik Banten memilki ciri yang khas dan unik karena di samping setiap motifnya bercerita sejarah, juga berasal dari benda-benda peninggalan seperti gerabah dan nama-nama penembahan kerajaan Banten seperti Aryamandalika, Sakingking, dan lain-lain.
 http://www.tnol.co.id/images/stories/BATIK/1vera12.jpg     http://www.tnol.co.id/images/stories/BATIK/BATIK_BANTEN/truntum.jpg   http://www.tnol.co.id/images/stories/BATIK/BATIK_BANTEN/20090904_045625_Batik-banten_ok.jpg    

Banten Batik color blend is affected by water and soil; that in the process of reducing the color-warnaterang pencelupannya be due to womb pastel colors in it. These colors, it is said, fits the character betulmenggambarkan Banten people who have a passion and high ideals, expressive, but still low hati.Masing respective motif and then given specific names, taken from the name of the place, room, maupunbangunan of site Banten Lama, and his name in the Sultanate of Banten. And, until now, has more than ornamental 50ragam set forth in the form of batik cloth, even 12 of them have been patented since 2003.Motif who took the name of the place, including, Pamaranggen (residence keris maker), Pancaniti (bangsaltempat King watched soldiers practice) , Pasepen (where the King of meditation), Pajantren (the residence of the weavers), Pasulaman (embroidery craftsmen residence), Datulaya (prince's residence), Srimanganti (where King bertatapmuka with people), and Surosowan (the capital of the Sultanate of Banten). While the motive of his name, among others, Sabakingking (title of Sultan Maulana Hasanudin), Kawangsan (associated with Prince Dynasty), Kapurban (relating to the title Prince of Purba), and Mandalikan (relating to Prince Mandalika). However, the main characteristic of Batik Banten is a motif
Datulaya
, Whose name is taken from the tinggalpangeran. "
Datu
that means prince,
laya
place to live, "explains Uke.Motif Datulaya have a basic rhombic and circular-shaped flowers in the leaf tendrils figura. yangdigunakan color blue is a basic motif, with variations on the motif figura leaf tendrils of gray at the base of yellow cloth.
 Paduan warna Batik Banten dipengaruhi oleh air dan tanah; yang dalam proses pencelupannya mereduksi warna-warnaterang menjadi warna pastel akibat kandungan yang ada di dalamnya. Warna-warna tersebut, konon, cocok betulmenggambarkan karakter orang Banten yang memiliki semangat dan cita-cita tinggi, ekspresif, tapi tetap rendah hati.Masing-masing motif batik kemudian diberi nama-nama khusus, yang diambil dari nama tempat, ruangan, maupunbangunan dari situs Banten Lama, serta nama gelar di masa Kesultanan Banten. Dan, sampai sekarang, sudah lebih dari 50ragam hias yang dituangkan dalam bentuk kain batik, bahkan 12 diantaranya telah dipatenkan sejak tahun 2003.Motif yang mengambil nama tempat, diantaranya, Pamaranggen (tempat tinggal pembuat keris), Pancaniti (bangsaltempat Raja menyaksikan prajurit berlatih), Pasepen (tempat Raja bermeditasi), Pajantren (tempat tinggal para penenun),Pasulaman (tempat tinggal pengrajin sulaman), Datulaya (tempat tinggal pangeran), Srimanganti (tempat Raja bertatapmuka dengan rakyat), dan Surosowan (Ibukota Kesultanan Banten).Sementara motif dari nama gelar, antara lain, Sabakingking (gelar dari Sultan Maulana Hasanudin), Kawangsan(berhubungan dengan Pangeran Wangsa), Kapurban (berhubungan dengan gelar Pangeran Purba), serta Mandalikan(berhubungan dengan Pangeran Mandalika).Namun, yang menjadi ciri khas utama Batik Banten adalah motif
Datulaya
, yang namanya diambil dari tempat tinggalpangeran. “
Datu
itu artinya pangeran,
laya
tempat tinggal," jelas Uke.Motif Datulaya memiliki dasar belah ketupat berbentuk bunga dan lingkaran dalam figura sulur-sulur daun. Warna yangdigunakan adalah motif dasar biru, dengan variasi motif pada figura sulur-sulur daun abu-abu di dasar kain kuning.

 marosa
pin bb :285f5383
081808325115
ifanmarosa@gmail.com 
marmaross@gmail.com

Batik Jombang

Jombang batik history has been written by Ms. Hajjah Maniati, batik shop owner "Sekar Jati Star". On June 17, 2007, the author visited the house he and his telling of the history and process of batik Jombang. He said bahawa batik is one part of the culture to reflect the personality of the nation, where batik are in need of skills, expertise, creativity, tenacity, patience and extensive knowledge and appreciation of the high that batik has high artistic value and priced well.
"Based on my explanation (Hj. Maniati) have a great desire and resolve to begin to learn batik, kerana the young man again and I'm an elementary Women (Darjah Low) in 1944, where the uniform / clothing and school still wear sarong kebaya batik (Dutch colonial era). At that time in the village (village) temple city Mulyo Jombang many mothers and adolescents who have the skills / skill and perseverance to make. Batik is produced at that time was named Batik Pacinan kawung patterned with red brick and green leaves.

 Sejarah batik Jombang telah ditulis oleh Ibu Hajah Maniati, pemilik kedai batik “Sekar Jati Star”. Pada tanggal 17 Juni 2007, penulis berkunjung ke rumah beliau dan beliau menceritakan tentang sejarah dan proses batik Jombang. Beliau mengatakan bahawa batik merupakan salah satu bagian dari budaya yang dapat mencerminkan kepribadian bangsa, di mana batik sangat memerlukan ketrampilan, keahlian, kreatifitas, keuletan, kesabaran dan wawasan yang luas serta apresiasi yang tinggi sehingga batik mempunyai nilai seni yang tinggi pula dan berharga mahal.
“     Berdasarkan penjelasan tersebut saya (Hj. Maniati) mempunyai keinginan dan tekat yang besar untuk mulai belajar membatik, kerana masa saya muda dulu lagi dan sedang Sekolah Rakyat Perempuan (Darjah Rendah) pada tahun 1944, di mana uniform/pakaian sekolah masih memakai sarong dan kebaya batik (zaman penjajah Belanda). Pada masa itu di desa (kampung) Candi Mulyo kota Jombang banyak ibu-ibu dan remaja yang mempunyai ketrampilan/skill dan tekun membatik. Batik yang dihasilkan pada masa itu diberi nama Batik Pacinan bermotif kawung dengan warna merah bata dan hijau daun.


At first batik motifs using the motif Jombang environment, ie with floral jasmine, sugar, cloves, teak and others. Each motif is created is usually given a name, such as cindenenan, peksi / bird hudroso, peksi turonggo her and Seto (white horse). Then Mrs. Hj. Maniati with Mother Regent Jombang district (wife of the Regent / DO), agree / disagree bahawa "Typical Jombang Batik Motif" is taken from one of the temple reliefs Arimbi Ngrimbi located in the village, district, DOC, Jombang District. Arimbi temple is the temple of the kingdom of Majapahit.
Jombang motif of "green"

At the end of 2005, the author met with Mr. Regent Jombang to discuss the typical motif Jombang. Where this motif will be used as a uniform Jombang district employees. When the Regent show two pieces of batik clothes Arimbi temple reliefs. The batik shirt in red and one green batik. For uniform employees in Jombang better use of the motif batik shirt is red and Regent agreed.
Other motif Jombang

An explanation of the batik Jombang described also by Ms. Kusmiati Slamet that batik motifs using the motif with the typical Jombang patent Rimbi temple reliefs, representing the model of the temple entrance gate to the kingdom of Majapahit. Motif that is being developed in the form of Tawang and kaning motif with basic colors that emphasize green and red symbolizing the city Jombang (ijo brother (red green)).

 


                                                                                                                                                                                marosa
pin bb :285f5383
081808325115
ifanmarosa@gmail.com 
marmaross@gmail.com
Jombang motif "red"                                           Jombang motif "Green"                                        The other Jombang motif

Batik Cirebon

Megamendung batik batik works of art are identical and even the iconic batik Cirebon area and other regions of Indonesia. This motif has the peculiarity that is not found in other batik-producing regions. In fact, because only in Cirebon and is a masterpiece, the Ministry of Culture and Tourism of RI will enroll megamendung to UNESCO for recognition as one of the world heritage. 'Megamendung as batik basic motif is well known to foreign countries. As proof of his fame, never made megamendung batik cover of a book published abroad, entitled Batik Design, the work of a Dutch named Pepin van Roojen. Megamendung distinctiveness not only on the motive that resembles the image of a cloud with clear colors, but also the values ​​embodied in the philosophy of his motives. It is closely related to the history of the birth of batik as a whole in Cirebon. H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds, Chief Executive of the West Java Batik Foundation (YBJB) states that:"Motif Megamendung is a form of work that is very noble and full of meaning, so the use of megamendung should be maintained properly and placed properly. This statement is not intended to limit how megamendung produce, but disagreements over the use of megamendung for the actual goods are not appropriate, such as coatings slippers in hotels. "Table of contents

    
1 History of the motive
    
2 element motif
    
3 The production process
    
4 External linksHistory motifHistorical emergence megamendung based on the book and literature necessarily lead to the arrival of the history of China to the Cirebon. This is not surprising because the harbor estuary in Cirebon Teak is a haven of migrants from within and abroad. Clearly recorded in history, that Sunan Gunung Jati who spread Islam in the region Cirebon in the 16th century, married Queen Ong Tien of China. Some of the objects of art brought from China such as ceramics, plates and cloth decorated with cloud shapes.In the schools of Taoism, symbolizing the world of cloud forms above. Clouds form a broad picture of the world, free and meaningful transidental (Godhead). The concept of the cloud are also influential in the artistic world of Islam in the 16th century, which is used for the expression of the Sufis or the nature of the world.Sunan Gunung Jati marriage with Queen Ong Tien became the entry gate of China cultures and traditions of the courts of Cirebon. The batik palace of culture and traditions of China poured into batik motif that they make, but with a distinctive touch Cirebon, so there is a difference between megamendung of China and that of Cirebon. For example, in China megamendung, cloud lines of dots or circles, whereas those of Cirebon, the line tends to cloud oval, pointed and triangular.History of batik in Cirebon also linked to the movement of the congregation who supposedly based in Jakarta, Jakarta. Batik was originally done by members of the congregation who served in the palace as an economic resource for the order's finance group. The adherents of the congregation lived in the village and surrounding Trusmi. The village is located about 4 km from Cirebon toward the west or towards the direction of Bandung. Therefore, until sekarng synonymous with batik batik Cirebon Trusmi.Element motifMegamendung which at first is always berunsurkan red blue interspersed describe masculinity and dynamic atmosphere, because in the process of making the intervention of man. The men who were originally members tarekatlah pioneering tradition of batik. Blue and deep red color also described the psychology of coastal communities that straightforward, open and egalitarian.In addition, the blue color is also referred to a broad color symbolizes the sky, friendly and quiet and symbolizes the bearer of rain to look forward as the bearer of fertility and the giver of life. The blue color is used ranging from light blue to dark blue. Describe the more bright light blue and dark blue depict the life of the dark clouds that contain rain water and give life.During its development, megamendung undergone many developments and modified according to market demand. Megamendung combined with motifs of animals, flowers or other motifs. Indeed the incorporation of this motif as has been done by the traditional batik since the first, but becomes very rapid progress with the intervention of the fashion designer. In addition to motifs, colors megamendung originally blue and red, now evolved into a variety of colors. There megamendung yellow, green, brown and others.The production processThe production process is first done in batik and batik, the economic considerations are produced on a large scale by way of printed (printing) in the factories. Although the patterned fabric megamendung generated by such a process is actually not be called batik.Being megamendungpun motif that were once only known in the form of batik cloth, can now be found in various forms of goods. There is a stained-glass wall hangings, interior products such as carved wood and products of home appliances such as pillowcases, sheets, tablecloths and others.


 Motif batik Megamendung merupakan karya seni batik yang identik dan bahkan menjadi ikon batik daerah Cirebon dan daerah Indonesia lainnya. Motif batik ini mempunyai kekhasan yang tidak ditemui di daerah penghasil batik lain. Bahkan karena hanya ada di Cirebon dan merupakan masterpiece, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI akan mendaftarkan motif megamendung ke UNESCO untuk mendapatkan pengakuan sebagai salah satu world heritage.'

Motif megamendung sebagai motif dasar batik sudah dikenal luas sampai ke manca negara. Sebagai bukti ketenarannya, motif megamendung pernah dijadikan cover sebuah buku batik terbitan luar negeri yang berjudul Batik Design, karya seorang berkebangsaan Belanda bernama Pepin van Roojen. Kekhasan motif megamendung tidak saja pada motifnya yang berupa gambar menyerupai awan dengan warna-warna tegas, tetapi juga nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalam motifnya. Hal ini berkaitan erat dengan sejarah lahirnya batik secara keseluruhan di Cirebon. H. Komarudin Kudiya S.IP, M.Ds, Ketua Harian Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) menyatakan bahwa:
“     Motif megamendung merupakan wujud karya yang sangat luhur dan penuh makna, sehingga penggunaan motif megamendung sebaiknya dijaga dengan baik dan ditempatkan sebagaimana mestinya. Pernyataan ini tidak bermaksud membatasi bagaimana motif megamendung diproduksi, tapi lebih kepada ketidaksetujuan penggunaan motif megamendung untuk barang-barang yang sebenarnya kurang pantas, seperti misalnya pelapis sandal di hotel-hotel.     ”
Daftar isi

    1 Sejarah motif
    2 Unsur motif
    3 Proses produksi
    4 Pranala luar

Sejarah motif

Sejarah timbulnya motif megamendung berdasarkan buku dan literatur yang ada selalu mengarah pada sejarah kedatangan bangsa China ke wilayah Cirebon. Hal ini tidak mengherankan karena pelabuhan Muara Jati di Cirebon merupakan tempat persinggahan para pendatang dari dalam dan luar negeri. Tercatat jelas dalam sejarah, bahwa Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon pada abad ke-16, menikahi Ratu Ong Tien dari China. Beberapa benda seni yang dibawa dari China seperti keramik, piring dan kain berhiaskan bentuk awan.

Dalam faham Taoisme, bentuk awan melambangkan dunia atas. Bentuk awan merupakan gambaran dunia luas, bebas dan mempunyai makna transidental (Ketuhanan). Konsep mengenai awan juga berpengaruh di dunia kesenirupaan Islam pada abad ke-16, yang digunakan kaum Sufi untuk ungkapan dunia besar atau alam bebas.

Pernikahan Sunan Gunung Jati dengan Ratu Ong Tien menjadi pintu gerbang masuknya budaya dan tradisi China ke keraton Cirebon. Para pembatik keraton menuangkan budaya dan tradisi China ke dalam motif batik yang mereka buat, tetapi dengan sentuhan khas Cirebon, jadi ada perbedaan antara motif megamendung dari China dan yang dari Cirebon. Misalnya, pada motif megamendung China, garis awan berupa bulatan atau lingkaran, sedangkan yang dari Cirebon, garis awan cenderung lonjong, lancip dan segitiga.

Sejarah batik di Cirebon juga terkait dengan perkembangan gerakan tarekat yang konon berpusat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Membatik pada awalnya dikerjakan oleh anggota tarekat yang mengabdi di keraton sebagai sumber ekonomi untuk membiayai kelompok tarekat tersebut. Para pengikut tarekat tinggal di desa Trusmi dan sekitarnya. Desa ini terletak kira-kira 4 km dari Cirebon menuju ke arah barat daya atau menuju ke arah Bandung. Oleh karena itu, sampai sekarng batik Cirebon identik dengan batik Trusmi.
Unsur motif

Motif megamendung yang pada awalnya selalu berunsurkan warna biru diselingi warna merah menggambarkan maskulinitas dan suasana dinamis, karena dalam proses pembuatannya ada campur tangan laki-laki. Kaum laki-laki anggota tarekatlah yang pada awalnya merintis tradisi batik. Warna biru dan merah tua juga menggambarkan psikologi masyarakat pesisir yang lugas, terbuka dan egaliter.

Selain itu, warna biru juga disebut-sebut melambangkan warna langit yang luas, bersahabat dan tenang serta melambangkan pembawa hujan yang dinanti-nantikan sebagai pembawa kesuburan dan pemberi kehidupan. Warna biru yang digunakan mulai dari warna biru muda sampai dengan warna biru tua. Biru muda menggambarkan makin cerahnya kehidupan dan biru tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan dan memberi kehidupan.

Dalam perkembangannya, motif megamendung mengalami banyak perkembangan dan dimodifikasi sesuai permintaan pasar. Motif megamendung dikombinasi dengan motif hewan, bunga atau motif lain. Sesungguhnya penggabungan motif seperti ini sudah dilakukan oleh para pembatik tradisional sejak dulu, namun perkembangannya menjadi sangat pesat dengan adanya campur tangan dari para perancang busana. Selain motif, warna motif megamendung yang awalnya biru dan merah, sekarang berkembang menjadi berbagai macam warna. Ada motif megamendung yang berwarna kuning, hijau, coklat dan lain-lain.
Proses produksi

Proses produksinya yang dahulu dikerjakan secara batik tulis dan batik cap, dengan pertimbangan ekonomis diproduksi secara besar-besaran dengan cara disablon (printing) di pabrik-pabrik. Walaupun kain bermotif megamendung yang dihasilkan dengan proses seperti ini sebenarnya tidak bisa disebut dengan batik.

Wujud motif megamendungpun yang dulunya hanya dikenal dalam wujud kain batik, sekarang bisa ditemui dalam berbagai macam bentuk barang. Ada yang berupa hiasan dinding lukisan kaca, produk-produk interior seperti ukiran kayu maupun produk-produk peralatan rumah tangga seperti sarung bantal, sprei, taplak meja dan lain-lain.



                                                                                                                                                                      marosa
pin bb :285f5383
081808325115
ifanmarosa@gmail.com 
marmaross@gmail.com
                    

Batik Solo

Being spread mainly in Java, around 17th, 18th, 19th. Century. For the first time, he had just served as a pastime for the family castle. Furthermore, it is used as a trading commodity in the community. Batik Solo is famous for its traditional designs and patterns, especially for the stamp and handwritten process. For the dye, the material used is still using domestic products such as Soga Java - it has been known for a long time-use patterns are "Sidomukti and Sidoluruh".

Regarding the origin of batik production in Yogyakarta, has been known since the First Kingdom of Mataram, ruled by Panembahan Senopati. The former has been implemented in the village Plered - just for a second family castle, it spread to the court servants and troops. At the official ceremony, members of the royal family who dressed in a combination of batik and striated. Thus, those interested in what they wear and then imitated them. This is why batik to be down to earth.

The war between the two kingdoms and the Dutch colonial past, led to the family castle of refuge and live in new areas such as Banyumas, Pekalongan, Roxburgh East, Tulungagung etc. and they are taught batik for many people. As a result, batik is known in this area, in the early 18th century.

The Fight of Diponegoro against the Dutch had forced him and his family to leave the palace. They then spread to the East and West. In this region, they are presented batik. In the East, the batik of Solo and Yogyakarta have been refining the design of batik Mojokerto and Tulungagung. It also spread in Gresik, Surabaya and Madura. Meanwhile, in the western region, known in Banyumas batik, Pekalongan, Tegal and Cirebon.

 Menjadi menyebar terutama di Pulau Jawa, sekitar 17th, 18th, 19. Abad. Untuk pertama kalinya, ia baru saja menjabat sebagai hobi untuk puri keluarga. Selanjutnya, ia digunakan sebagai komoditi perdagangan di masyarakat. Batik Solo yang terkenal dengan desain dan pola tradisional terutama untuk kedua cap dan handwritten proses. Untuk pewarna, bahan yang digunakan adalah masih tetap menggunakan produk dalam negeri seperti soga Jawa - ia telah dikenal sejak lama saat-pola yang digunakan adalah "Sidomukti dan Sidoluruh".

Mengenai asal produksi batik di Yogyakarta, telah dikenal sejak Pertama Kerajaan Mataram, yang diperintah oleh Panembahan Senopati. Mantan telah dilaksanakan di desa Plered - hanya untuk puri keluarga yang kedua, ia menyebar ke pengadilan pelayan dan pasukan. Pada upacara resmi, anggota keluarga istana yang memakai pakaian dalam kombinasi antara batik dan lurik. Dengan demikian, orang-orang tertarik pada apa yang dikenakan dan mereka kemudian ditiru mereka. Ini sebabnya batik menjadi turun ke bumi.

Perang terjadi antara kedua kerajaan dan kolonial Belanda di masa lalu, menyebabkan puri keluarga berlindung dan tinggal di daerah baru seperti Banyumas, Pekalongan, Timur Ponorogo, Tulungagung dll dan mereka diajarkan batik ke banyak orang. Akibatnya, batik dikenal di daerah ini, pada awal abad 18.

The Fight of Diponegoro melawan Belanda telah memaksa dia dan keluarganya untuk meninggalkan istana. Mereka kemudian menyebar ke Timur dan Barat. Di wilayah ini, mereka disajikan batik. Di wilayah Timur, batik Solo dan Yogyakarta telah menyempurnakan desain batik Mojokerto dan Tulungagung. Selain itu, juga tersebar di Gresik, Surabaya dan Madura. Sementara itu, di wilayah Barat, batik dikenal di Banyumas, Pekalongan, Tegal dan Cirebon.





marosa
pin bb :285f5383
081808325115
ifanmarosa@gmail.com 
marmaross@gmail.com

Batik Pekalongan

Pekalongan batik has been around since about 1800. However, significant new development occurred after the Java War, or also called the Java War (1825-1830) in the kingdom of Mataram. Pekalongan public encounter with the Chinese, Dutch, Arabic, Indian, Malay, and Japan in the past has colored batik in Pekalongan treasures, both tat motif or color.

Jlamprang batik inspired from India and Arabia. Batik and Klengenan influenced Encim of Peranakan Chinese. Morning Afternoon batik inspired from the Dutch and Japanese-inspired Batik Hokokai.

Cultural development of printing techniques using a dye motif caps the night (candles) on the fabric, is not free from the influence of these countries. Development of Pekalongan batik entrepreneurs are not fully controlled by big capital, but relies on hundreds of small businesses and almost all done in homes. Thus, Pekalongan Batik is closely integrated with community life.

Pekalongan is the most dynamic cities in developing batik, batik has become a breath because of daily living Pekalongan residents. Pekalongan is the biggest batik industry in Indonesia and it is proper that the city was dubbed as Batik.

 Batik Pekalongan sudah ada sejak sekitar tahun 1800. Namun, perkembangan secara signifikan baru terjadi setelah Perang Diponegoro atau juga disebut Perang Jawa (1825-1830) di kerajaan Mataram. Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan bangsa Cina, Belanda, Arab, India, Melayu, dan Jepang pada masa lampau telah mewarnai kasanah perbatikan di Pekalongan, baik motif maupun tat warnanya.

Batik Jlamprang diilhami dari India dan Arab. Batik Encim dan Klengenan dipengaruhi dari peranakan Cina. Batik Pagi Sore diilhami dari Belanda dan Batik Hokokai diilhami dari Jepang.

Perkembangan budaya teknik cetak motif tutup celup dengan menggunakan malam (lilin) di atas kain, memang tidak lepas dari pengaruh negara-negara tersebut. Perkembangan batik Pekalongan tidak sepenuhnya dikuasai pengusaha bermodal besar, akan tetapi bertopang pada ratusan pengusaha kecil dan hampir semua dikerjakan di rumah-rumah. Sehingga, Batik Pekalongan ini menyatu erat dengan kehidupan masyarakat.

Pekalongan merupakan kota yang paling dinamis dalam mengembangkan batik, karena batik sudah menjadi nafas hidup sehari-hari warga Pekalongan. Kota Pekalongan merupakan industri batik terbesar di Indonesia dan sudah selayaknya kalau dijuluki sebagai Kota Batik.
                                                                                                                                                                    marosa
pin bb :285f5383
081808325115
ifanmarosa@gmail.com 
marmaross@gmail.com
                                                                                                                                                                      

Batik Malang

This motif has a profound philosophy. There are a symbol images Tugu Malang, Crown, Rumbai Lion, Lotus, ARCA, and the tendrils and Isen Isen rhombus.-TUGU Malang Malang city is a symbol which is the inscription of the founding of the city. Also as a symbol of courage and fortitude. Wearer is expected to be a strong and tough in life.- CROWN Crown King is simbolisisasi Gajayana ever bring Malang reached their peak. Users are expected to reach the top of the triumph of his life.LION-fringe: an icon representing the poor city is nicknamed Singo Edan, who symbolizes the fiery spirit and never give up. Expected to keep the wearer also has such properties.-Stu Lotus Flower is one symbol of the city poor, who symbolizes the beauty of fertility as well. In the ancient story, a lotus flower on which Lord Vishnu, the god of nature pemelihata, reigns. Expected to prosper and the wearer always maintained lush body and soul.-Statue is a symbol of Malang enrich the temple that never dissipates Singosari Malang became one of world power in the archipelago in the silam.Diharapkan, the wearer is always victorious.-Tendrils: a symbol that life will continue, grow and develop. There are tendrils that were suspended as a symbol that life is not eternal, however, stopped there before the next connection. Which shows that man will perish, but will always change a new generation is expected that the wearer can always look inward that human beings are mortal.Isen, Isen-Rhombus is a symbol of the temple reliefs Clown is one of the repertoire of cultural wealth of Malang Regency. Rhombus meaning, the recognition that human beings are not perfect, so it is not appropriate for self menyombngkan. Dijharapkan wearer can always look inward.Batik printing is currently done in handmade and has no patent rights that can not be arbitrarily copied.
 Motif ini memiliki filosofi yang mendalam. Terdapat simbol gambar Tugu Malang, Mahkota, Rumbai Singa, Bunga Teratai, Arca, dan Sulur-sulur serta isen isen belah ketupat.

-TUGU MALANG merupakan simbol kota Malang yang merupakan prasasti berdirinya kota tersebut. Juga sebagai perlambang keperkasaan dan ketegaran. Diharapkan pemakainya menjadi orang yang kuat dan tegar dalam menjalani kehidupan.

- MAHKOTA merupakan simbolisisasi Mahkota Raja Gajayana yang pernah membawa Malang mencapai puncak kejayaannya. Diharapkan pemakainya bisa mencapai puncak kejayaan dalam hidupnya.

-RUMBAI SINGA:  melambangkan ikon kota malang yang berjuluk SINGO EDAN, yang melambangkan semangat  yang menyala-nyala dan pantang menyerah. Diharapkan pemakainya juga senantiasa memiliki sifat yang demikian.

-BUNGA TERATAI merupakan salah stu simbol kota malang, yang melambangkan keindahan juga kesuburan. Pada cerita kuno, bunga teratai merupakan bunga tempat Dewa Wishnu, dewa pemelihata alam, bertahta. Diharapkan pemakainya senantiasa subur makmur dan terpelihara jiwa dan raganya.

-ARCA merupakan perlambang kekayaan khasanah Kota Malang yakni candi Singosari yang pernah menghantarkan Malang menjadi salah satu kekuatan dunia di Nusantara pada masa silam.Diharapkan, pemakainya senantiasa berjaya.

-SULUR-SULUR: merupakan simbol bahwa kehidupan itu akan terus berlangsung, tumbuh dan berkembang. Ada sulur yang terhenti sebagai simbol bahwa kehidupan tidak kekal, namun, sebelum terhenti ada sambungan berikutnya. Yang menunjukkan bahwa manusia itu akan musnah, namun akan selalu berganti generasi yang baru Diharapkan pemakainya senantiasa bisa introspeksi diri bahwa manusia itu makhluk yang fana.

-ISEN-ISEN BELAH KETUPAT merupakan simbol dari relief candi Badut yang merupakan salah satu khasanah kekayaan budaya Kabupaten Malang. Belah ketupat memberi makna, pengakuan bahwa manusia tidaklah sempurna, sehingga sangat tidak pantas untuk menyombngkan diri. Dijharapkan pemakainya bisa senantiasa introspeksi diri.

Saat ini Batik printing ini dikerjakan secara handmade dan telah ada hak patennya sehingga tidak bisa sembarangan diperbanyak.

        

marosa
pin bb :285f5383
081808325115
ifanmarosa@gmail.com 
marmaross@gmail.com

Kamis, 12 Juli 2012

Batik Bali




Alas Nagari Biru Corak Batik Bali
Some Features Batik Bali

Bali's many charms store, whether it be from nature or from the charm of his art. Bali batik style has its own characteristics. Some well-known brands include Bali Batik by Ayu Pidada Wong and batik with brand Diamanta by AA Inten Trisna Manuambari.

Those brands are the batik that has high quality with a price range between Rp. 350 000 up to Rp. 2,000,000. The high price of dikarenan batik-batik batik is made ​​with quality fabrics.




marosa
pin bb :285f5383
081808325115
ifanmarosa@gmail.com 
marmaross@gmail.com